Pantai Laut Merah Banyuwangi

Pantai Laut Merah Banyuwangi

Pantai Pulau Merah Banyuwangi:

Pantai Pulau Merah Banyuwangi sebelumnya dikenal dengan nama Pantai Ringin Pintu. Baru dikenal sebagai Pulau Merah karena tanah bukit di bibir pantai berwarna kemerahan.

Pantai Pulau Merah berada di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran. Berikut jaraknya dari kota hingga bandara.

Pantai Pulau Merah Banyuwangi mematok biaya masuk. Harga tiket masuk untuk menikmati keindahan pantai sepuasnya Rp 10.000.

Pengunjung yang membawa kendaraan harus membayar parkir. Tarifnya Rp 2.000 untuk kendaraan roda dua, Rp 5.000 untuk roda empat, dan Rp 10.000 untuk roda enam.

TEMPO.CO, Jakarta - Jika Lombok yang mempunyai pantai pasir merah muda (Pink Beach), Banyuwangi punya Pantai Pulau Merah. Pantai ini yang wajib jadi daftar tujuan wisata saat sedang mengunjungi wilayah yang terletak di ujung paling timur Pulau Jawa ini.

Pantai Pulau Merah menjadi salah satu tempat berselancar kelas dunia di Banyuwangi, selain G-land di Plengkung yang sudah tersohor. Selain surga bagi para pecinta selancar yang mencari ombak, pantai ini juga menjadi tujuan pengunjung yang ingin bersantai menikmati keindahan panorama laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berlokasi di Kecamatan Pesanggaran, Pantai Pulau Merah jadi salah satu ikon pariwisata di wilayah ini. Pantai ini memiliki pulau berbukit kecil bernama Pulau Merah yang terletak di dekat bibir pantai, sekitar 100 meter dari sisi pantai. Bukit hijau ini memiliki tanah berwarna merah.

Pulau yang mencuri perhatian itu bisa diakses dengan berjalan kaki saat air laut sedang surut. Inilah alasannya mengapa wisata ini disebut Pantai Pulau Merah. Lanskap laut dengan keindahan pulau di dekatnya membuat Pantai Pulau Merah memiliki daya tarik tersendiri bagi turis lokal hingga mancanegara.

Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Jawa Timur (TEMPO/Lourentius EP)

Pesona Ombak di Pantai Pulau Merah

Dikutip dari laman Wonderful Indonesia, ombak di Pantai Pulau Merah lebih kuat dibanding Pantai Kuta di Bali. Pantai ini menawarkan barel setinggi 4 meter dengan panjang sekitar 400 meter yang ideal bagi peselancar pemula maupun profesional.

Tidak perlu takut dengan ombak yang tinggi, rata-rata ombak di pantai ini mencapai 2 meter, cocok bagi pemula maupun amatir yang ingin mencoba teknik tubing atau mengendarai gulungan ombak saat surfing. Ombak ini berbeda dengan pantai-pantai di Plengkung dan G-land yang sebaiknya hanya dijelajahi oleh para ahli selancar.

Pantai Pulau Merah atau Pulau Merah juga memiliki pasir yang terbuka, tidak ada bebatuan karang tajam di pinggir pantai yang bisa membahayakan peselancar.

Desa Terdekat di Pantai Pulau Merah

Tidak hanya ombak yang menawan dan Pulau Merahnya yang unik, pantai ini juga istimewa karena ada desa nelayan terdekat yang bernama Pancer. Penduduk desa ini ramah terhadap pengunjung dan hidup dengan sederhana, sehingga memberikan pengalaman berkesan saat menginap di rumah penduduk desa.

Menjelajahi Pura di Pantai Pulau Merah

Jika bosan dengan pemandangan pantai, cobalah untuk berkeliling dan menjelajahi Pantai Pulau Merah. Ada Pura Tawang Alun yang bisa jadi tujuan. Dibangun pada 1980, tempat ibadah umat Hindu ini sempat diterjang tsunami pada 1994 yang menghancurkan dinding luar candi. Untungnya, tempat suci di bagian dalam masih utuh.

Akses ke Pantai Pulau Merah

Tertarik untuk mengunjungi destinasi wisata yang satu ini? Caranya bisa dengan naik pesawat sampai ke Banyuwangi terlebih dahulu, atau bisa juga melalui bandara Malang maupun Surabaya. Namun, akses terdekat adalah melalui Bandara Banyuwangi. Pantai ini terletak sekitar 60 kilometer dari bandara itu.

Sebaiknya sewa mobil untuk transportasi menuju pantai. Tapi, wisatawan bisa pula naik bus dari kota Banyuwangi menuju Ujang Jaya jurusan Desa Pesanggaran, kemudian turun di pasar Pesanggaran dan lanjut naik ojek menuju Pulau Merah.

Untuk yang datang dari Jember, bisa turun di terminal Jajag dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Pesanggaran untuk sampai ke Pantai Pulau Merah.

INTAN SETIAWANTY | WONDERFUL INDONESIA

Pulau Merah atau Pulo Merah ( Red Island dalam Bahasa Inggris) adalah objek wisata pantai yang terletak di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Di pantai ini terdapat sebuah bukit hijau kecil dengan tanah berwarna merah yang terletak di dekat bibir pantai. Bukit tersebut dapat dikunjungi dengan berjalan kaki saat air laut surut.[1] Di Pulau Merah terdapat Pura yang digunakan pemeluk agama Hindu melaksanakan ibadah ataupun upacara Mekiyis. Kawasan wisata ini dikelola oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, KPH Banyuwangi Selatan.

Pada tahun 1990-an, kawasan Pulau Merah pernah rusak parah akibat diterjang bencana tsunami.[2]

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di bawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan kawasan wisata ini, salah satunya dengan memperbaiki akses jalan menuju lokasi. Pada akhir 2012 lalu, Pemkab Banyuwangi telah memperkenalkan Pantai Pulau Merah[pranala nonaktif permanen] ke dunia internasional melalui penyelenggaraan ajang lomba balap sepeda "Banyuwangi Tour de Ijen". Sebelum adanya "Tour de Ijen", akses jalan menuju Pantai Pulau Merah lumayan berat, berupa jalan berbatu yang melintasi area kebun dan juga sawah milik warga.

Nama Pulo Merah merujuk pada sebuah bukit kecil di tepi pantai yang memiliki tinggi sekitar 200 meter.[2][3] Bukit tersebut memiliki tanah berwarna merah dan ditutupi oleh vegetasi hijau sehingga tidak terlalu tampak warna aslinya. Bukit ini bisa diakses pada saat air sedang surut.[1]

Pantai Pulo Merah berpasir putih terbentang sepanjang tiga kilometer[1][2] sehingga juga sesuai untuk keluarga. Namun, ombak Pulo Merah yang terbilang cukup tinggi tidak terlalu sesuai untuk digunakan berenang, terutama bagi anak kecil.

Ombak di kawasan Pulo Merah cukup menantang dan menjadi salah satu tempat ideal untuk penggemar olahraga selancar.[1] Ombak di pantai ini tergolong cukup tinggi berkisar 3-5 meter dan cocok untuk pecinta olahraga selancar (surfing). Menurut penuturan warga setempat, turis-turis asal Prancis, Jerman, dan Australia sering berkunjung ke tempat ini.[2]

President INSA atau Asosiasi Selancar Indonesia, Jro Made Supatra Karang, mengatakan bahwa pemandangan dan ombak di kawasan wisata Pulau Merah merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia.

Manurut Jro Made, kelebihan Pulo Merah dibandingkan Pantai Plengkung antara lain pada ombaknya yang bisa menjadi tujuan peselancar pemula, amatir, dan profesional dengan ketingian rata-rata dua meter. Berbeda dengan Pantai Plengkung atau G-Land yang hanya bisa dinikmati oleh peselancar profesional. Selain itu, Pulo Merah juga lebih mudah diakses dengan kondisi jalan yang mulus serta dekat dengan permukiman penduduk. Dasar pantai yang tidak memiliki banyak karang juga lebih aman untuk para peselancar. Dibandingkan ombak Pantai Kuta, ombak Pulo Merah lebih serius sehingga memungkinan para peselancar untuk melakukan manuver di dalamnya.[3]

Pada tanggal 24 hingga 26 Mei 2013 diadakan lomba selancar di Pulau Merah, yaitu Banyuwangi International Surf Competition 2013 yang diikuti oleh 15 negara.[1] Lomba selancar ini terdiri dari 3 kategori yakni, kategori internasional, kategori nasional, dan kategori lokal.

Indonesian Surfing Association (INSA) menilai kompetisi selancar internasional yang digelar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, di Pantai Pulau Merah ini, akan semakin memopulerkan objek wisata tersebut ke masyarakat dunia.[4]

Kompetisi selancar internasional di Pantai Pulau Merah dibuka oleh Menpora Roy Suryo, diikuti sekitar 25 peserta dari 20 negara dan kurang lebih 100 peselancar lokal dari berbagai daerah di Indonesia.[4]

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengatakan kompetisi selancar internasional merupakan salah satu agenda besar yang dirancang daerahnya untuk menggabungkan kegiatan olahraga dengan pariwisata. Pemilihan Pantai Pulau Merah sebagai destinasi baru untuk tujuan wisata di Banyuwangi, karena potensi ombak dan dukungan alamnya yang masih asli dan sangat bagus. Selama ini, para peselancar profesional mancanegara telah mengenal Banyuwangi melalui keindahan ombak di Pantai Plengkung atau lebih dikenal dengan nama "G-Land".[4]

Detail Informasi Akses ke Lokasi, Harga Tiket, dan Penginapan di Pulau Merah

Laut Merah (bahasa Arab: البحر الأحمر al-Bahr al-Ahmar — pada Abad Pertengahan disebut بحر القلزم Bahr al-Qulzum; bahasa Ibrani: ים סוף‎ Yam Suf; bahasa Tigrinya: ቀይሕ ባሕሪ? QeyH baHri) atau Laut Teberau adalah sebuah teluk besar di sebelah barat Jazirah Arab yang memisahkan benua Asia dengan Afrika. Jalur ke laut di selatan melewati Babul Mandib dan Teluk Aden sedangkan di utara terdapat Semenanjung Sinai, Teluk Suez dan Teluk Aqaba. Laut ini di tempat yang terlebar berjarak 300 km dan panjangnya 1.900 km dengan titik terdalam 2.500 m. Laut Merah juga menjadi habitat bagi berbagai makhluk air dan koral.

Walaupun sering dikaitkan dengan berbagai cerita pada masa lampau, tetapi sampai abad ke-20, orang Eropa menyebutnya "Teluk Arab", sedangkan Herodotus dan Ptolemeus menyebutnya "Arabicus Sinus". Air Laut Merah sendiri sebenarnya tidak beda dengan air laut yang lain.

Penjelasan-penjelasan ilmiah menyebutkan bahwa warna merah di permukaan muncul akibat Trichodesmium erythraeum yang berkembang. Ada juga yang menjelaskan bahwa namanya berasal dari gunung yang kaya mineral di sekitarnya dan berwarna merah.

Laut ini muncul karena pemisahan Jazirah Arab dari benua Afrika yang dimulai sekitar 30 juta tahun yang lalu dan masih berlanjut sampai sekarang. Suhu permukaan laut selalu konstan sekitar 31-35°C dengan jarak penglihatan 200 m. Namun, sering terjadi angin kencang dan arus lokal yang membingungkan.

Kota-kota yang terdapat di pesisir Laut Merah antara lain: Jeddah, Sharm el Sheikh, Pelabuhan Sudan, dan Eilat. Pada 1950-an, Hans Haas menemukan Laut Merah sebagai tempat menyelam dan kemudian oleh Jaques-Yves Costeau.

Negara yang berbatasan

Negara yang berbatasan dengan Laut Merah adalah:

Penyeberangan Laut Merah (atau Penyeberangan Laut Teberau; bahasa Ibrani: קריעת ים סוף‎, Kriat Yam Suph; bahasa Inggris: Crossing of the Red Sea) adalah bagian dari perjalanan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir yang dipimpin oleh nabi Musa dicatat dalam Kitab Keluaran 13:17–14:29. Ketika itu Bani Israel baru saja meninggalkan Mesir dan mengembara ke padang gurun. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Bani Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan pergi ke tanah Kanaan yang telah dijanjikan kepada mereka. Allah memerintahkan mereka keluar pada waktu malam. Awalnya Firaun membiarkan mereka pergi, setelah mengalami tulah semua anak sulung orang Mesir meninggal. Tetapi kemudian, Firaun mengejar Bani Israel ini dengan kereta hingga ke Laut Merah. Orang-orang Israel ketakutan karena mereka tidak dapat melawan dan pasti akan ditawan kembali. Namun Nabi Musa menyatakan bahwa Allah bersamanya dan memberi petunjuk kepadanya.

Atas perintah Tuhan Allah, Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Allah menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.[1]

Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka—segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda—sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, Allah yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir."[2]

Berfirmanlah Allah kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah Allah mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka.[3]

Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu Allah menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan Allah terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada Allah dan mereka percaya kepada Allah dan kepada Musa, hamba-Nya itu.[4]

Sampai sekarang, lokasi sebenarnya belum ditemukan.

Kisah ini juga disebutkan dalam Al-Quran Surah 26 Asy-Syu'ara'[7] dan Surah Yunus.[8] Dalam Al-Quran, Allah swt. menjanjikan bahwa mayat Firaun akan diselamatkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi manusia yang tinggal di bumi sekarang.[9] Sejumlah pakar arkeologi menyatakan telah menemukan mummi dari Firaun yang tenggelam itu dan kini dipamerkan di Museum Mesir.

Berdasarkan penelitian Maurice Bucaille, diyakini bahwa Firaun yang tenggelam itu adalah Firaun Merneptah; yang jasadnya dapat diselamatkan orang-orang Mesir setelah ditenggelamkan oleh Laut Merah dan kemudian dimumikan.[10]:148-155, 156-160,[11]:237-239

Hari Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan terjadi pada hari ke-10 bulan Muharam. Hari ini dinamakan Hari Asyura dan sudah diperingati sebelum zaman Nabi Muhammad. Ketika masuk ke kota Madinah, Nabi Muhamad mendapati orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura. Orang Yahudi menjelaskan kepada Nabi bahwa pada hari itu, Nabi Musa telah diselamatkan dari kejaran tentara Firaun.[12]

Lokasi Pantai Pulau Merah tidak jauh dari Pantai Mustika Pancer, tepatnya berada di Pesanggaran, Banyuwangi Saat senja, pemandangan matahari tenggelam menjadi sajian indah bagi para pengunjung Pantai Pulau Merah Pantai Pulau Merah bisa dikatakan salah satu surganya para pecinta olahraga selancar Selain ombak besar, karakteristik unik Pantai Pulau Merah terletak pada pemandangan pulau yang ada di dekat bibir pantai Selain Pantai Plengkung pamor Pantai Pulau Merah sebagai pantai surfing sudah melekat di mata wisatawan lokal maupun asing Pantai Pulau Merah memiliki pemandangan memukau dan ombak besar yang wajib Anda kunjungi di Banyuwangi Garis pantai yang panjang dengan air yang jernih dan pasirnya yang putih sekaligus lembut menjadi daya tarik tersendiri di pantai ini

Pantai ini bisa dikatakan salah satu surganya para pecinta olahraga selancar. Berselancar diatas ombak besar sambil melakukan beberapa manuver menjadi pemandangan yang tersaji di pantai ini. Inilah  Pantai Pulau Merah, salah satu pantai dengan pemandangan memukau dan ombak besar yang wajib Anda kunjungi di Banyuwangi.

Lokasi Pantai Pulau Merah tidak jauh dari Pantai Mustika Pancer, tepatnya berada di Pesanggaran, Banyuwangi. Dengan dukungan akses jalan yang memadai, tidak mengherankan jika Pantai Pulau Merah kerap menjadi salah satu pantai yang selalu ramai setiap hari, baik oleh wisatawan lokal maupun asing.

Selain ombak yang besar, karakteristik unik Pantai Pulau Merah terletak pada pemandangan pulau yang ada di dekat bibir pantai. Pulau berupa batuan karang dengan tinggi mencapai lebih dari 200 meter ini menjadi unik lantaran tiap pengunjung bisa menjamahinya dikala air laut surut. Menjelang matahari terbenam, pulau yang memiliki tanah merah ini bagaikan berubah warna menjadi merah. Dari fenomena alam itulah kemudian pantai ini dinamakan dengan nama Pantai Pulau Merah.

Pantai Pulau Merah mempunyai garis pantai hingga lebih dari 3 km. Garis pantai yang panjang tersebut dilengkapi dengan air yang jernih dan pasirnya yang putih sekaligus lembut. Karakteristik ombaknya yang saling berbenturan membuat ombak Pantai Pulau Merah menjadi kecil ketika sampai di bibir pantai. Karenanya, pantai ini menjadi tempat yang cocok bagi anak-anak untuk bermain air.

Meskipun demikian, Pantai Pulau Merah sesungguhnya mempunyai ombak yang besar di tengah pantai. Ombak yang tingginya lebih dari 3 meter selalu menjadi tantangan tersendiri bagi para pecinta olahraga berselancar. Pamor Pantai Pulau Merah sebagai pantai surfing memang sudah melekat di mata wisatawan lokal maupun asing, selain Pantai Plengkung tentunya.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus menggalakan promosi untuk memperkenalkan pantai ini sebagai salah satu pantai terindah di Jawa Timur. Dikelola oleh Perhutani, Pantai Pulau Merah sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung wisata antara lain, bungalow, kantin dengan berbagai menu khas pesisir, hingga penginapan dengan harga terjangkau. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Pantai Pulau Merah Banyuwangi

TEMPAT WISATA BANYUWANGI

“PANTAI PULAU MERAH BANYUWANGI”

Mengunjungi Pantai Pulau Merah Banyuwangi adalah agenda yang tak mungkin Anda lewatkan saat berkunjung ke Banyuwangi. Malahan pantai ini mempunyai reputasi yang siap menyaingi Pantai Kuta di Bali berkat sejumlah daya tariknya, termasuk ombak yang digemari para peselancar.

Dengan potensi yang menjanjikan, apa saja hal menarik yang wajib Anda lihat saat menyambangi Pantai Pulau Merah?

Sejarah hingga mitos Pantai Pulau Merah

Sebelum membahas atraksi turis, mari kita pelajari dulu sejarah Pantai Pulau Merah. Dulunya, pantai ini dikenal dengan nama Pantai Ringin Pintu oleh penduduk sekitar. Pada akhirnya diubah jadi Pantai Pulau Merah Banyuwangi karena adanya bukit kecil yang terletak di tengah laut dengan tanah warna merah. Tanah merah tersebut akan semakin ‘menyala’ saat tertimpa cahaya matahari terbenam, terutama saat musim kemarau tiba.

Pantai Pulau Merah, seperti sejumlah pantai di bagian selatan Jawa, tak lepas juga dari mitos. Warga sekitar mengatakan bahwa warna merah pada tanahnya muncul akibat sebuah kilatan cahaya merah misterius. Kemudian, di sana terdapat pura bernama Pura Tawang Alun yang tetap berdiri meski pernah dilanda tsunami setinggi 13 meter pada 1990.

Berbagai kegiatan seru di Pantai Pulau Merah

Sekarang, Pantai Pulau Merah menjelma menjadi destinasi wisata favorit di Banyuwangi. Hamparan pasir putihnya membentang sekitar tiga kilometer dengan bukit kecil cantik setinggi 200 meter di sekitar bibir pantai. Di bagian timur Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Anda bakal melihat pegunungan dan matahari terbenam yang memikat saat beralih ke bagian barat. Ada pula pohon mangrove yang akan melindungi pantai dari kerusakan.

Ombak setinggi dua meter dengan panjang 300 meter menjadi magnet yang berhasil menarik surfer dari berbagai negara untuk datang ke Pantai Pulau Merah. Karakter ombaknya lebih bersahabat kalau Anda bandingkan dengan ombak di Pantai Plengkung, tetapi hal tersebut yang membuatnya disambung hangat para peselancar pemula.

Kurang suka surfing atau ingin menjajali kegiatan lain? Anda dapat menyalurkan hobi memancing dengan menyewa jasa perahu nelayan di Pantai Pulau Merah Banyuwangi. Selain itu, pecinta wisata bahari dapat menikmati keindahan biota laut melalui snorkeling. Sementara Anda yang tidak menyukai kegiatan di laut bisa mendaki bukit yang terletak di sekitar bibir pantai hingga menikmati jajanan khas dari para penjaja makanan dan minuman.

Tempat menginap di sekitar Pantai Pulau Merah

Menemukan penginapan di Pantai Pulau Merah relatif mudah karena lokasi ini termasuk populer di Banyuwangi. Beberapa penduduk lokal menyediakan homestay di sekitar pantai dengan harga sewa dari Rp100.000 per malam. Fasilitas-fasilitas homestay yang berlokasi di sekitar pantai pun sudah setara dengan hotel seperti televisi, kamar tidur, pendingin ruangan, dan tambahan kasur. Anda bisa sesuaikan tarifnya di Pantai Pulau Merah Banyuwangi berdasarkan kebutuhan.

Akses dan rute menuju Pantai Pulau Merah

Pantai Pulau Merah bertempat di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi, lebih tepatnya di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran. Selain itu, pantai tersebut masih satu rangkaian dengan Pantai Teluk Ijo, Pantai Pancer, serta Pantai Sukamade. Jika Anda melakukan perjalanan dari pusat kota Banyuwangi, Anda akan menempuh jarak sekitar 60 kilometer atau memakan waktu tempuh tiga jam perjalanan. Jalan hingga transportasi umum yang tersedia juga sudah sangat mendukung turis yang mau berkunjung.

Apabila Anda memilih transportasi publik ke Pantai Pulau Merah Banyuwangi, mulai perjalanan dari Terminal Jajag. Kemudian, carilah bus mini yang mengarah ke Terminal Pesanggaran yang berada di Kecamatan Pesanggaran. Dari sana, Anda dapat lanjutkan memakai ojek menuju Pantai Pulau Merah.

Sementara kalau Anda membawa kendaraan pribadi seperti mobil, ada dua rute yang bisa diambil. Rute satu dimulai dari arah barat Banyuwangi, diawali dari Kecamatan Genteng ke Kecamatan Pesanggaran dan dilanjutkan ke Pantai Pulau Merah. Bila dari arah timur Banyuwangi atau Situbondo, Anda bisa ambil rute dari Kecamatan Jajag ke Kecamatan Pesanggaran menuju Pantai Pulau Merah.

Demikian informasi seputar Pantai Pulau Merah Banyuwangi. Semoga perjalanan Anda lancar dan aman!

Pantai Pulau Merah merupakan salah satu ikon pariwisata Banyuwangi. Pantai ini cocok untuk bersantai hingga menjajal olahraga menantang.

Pantai Pulau Merah berada di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Dari Taman Blambangan di pusat kota Banyuwangi, jaraknya sekitar 71 km yang bisa ditempuh dengan kendaraan selama sekitar dua jam.

Pantai ini dikenal dengan bukit hijaunya yang berada dekat bibir pantai. Tanah dari bukit ini berwarna merah sehingga disebut Pulau Merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukit ini menjorok ke arah tengah laut. Pengunjung dapat berjalan kaki menuju bukit tersebut saat air laut surut.

Pantai Pulau Merah menyuguhkan pemandangan yang sedap dipandang. Selain itu, pantai ini juga dikenal dengan ombaknya yang tinggi. Cocok bagi wisatawan yang gemar berselancar. Tak heran banyak wisatawan mancanegara yang menjajal ombak di Pantai Pulau Merah.

Bahkan pada 2013, Presiden Indonesia Surfing Association (INSA) Jro Made Suparta Karang mengatakan Pantai Pulau Merah memiliki kelebihan, jika dibandingkan titik surfing lainnya di Banyuwangi, G-land. Seperti dikutip dari situs resmi Pemkab Banyuwangi.

Waktu itu Jro menerangkan salah satu alasannya. Menurutnya, ombak di G-land hanya cocok untuk surfer profesional. Sebab lebih menantang. Sementara ombak Pulau Merah bisa untuk surfer amatir dan profesional.

"Ini peluang untuk menjadi family surf tourism karena bisa mendatangkan lebih banyak wisatawan. Surfer bisa mengajak keluarga atau temannya yang bukan profesional," kata Jro.

Waktu itu Jro juga mengibaratkan Pulau Merah sebagai mutiara yang baru digali. Saat ini, pantai ini sudah menjadi salah satu sudut yang dibanggakan Banyuwangi.

"Ada pulau yang menjulang di tengah lautan. Pantainya lebar dan panjang, pasirnya bagus dan bersih," imbuh Jro.